Dahulu kita pernah berbagi tawa,
mengurai luka memulai bahagia. Disaat embun pagi mulai menghilang hingga senja
mengukir warna emas dilangit nanti kita masih bersama. Sejenak ku ingat kita
pernah bertengkar tentang hal – hal sederhana, lalu kita mulai menangis dan
kembali seperti dahulu. Tangis itu tak akan abadi, karena kebersamaan kita
telah mengubah langit yang kelam menjadi tata surya kita. Yah inilah kita,
sederhana, pemimpi, kita bebas untuk beranjak sekalipun kaki kita lelah aku tak
merasakannya ketika kita melangkah bersama.
Kita adalah dua jiwa yang
bersatu, terikat dalam satu janti setia. Aku tak mampu mengejar bayang mu,
sebab itu kau selalu setia menuntun ku untuk selalu seirama dengan langkah mu.
Aku tak pandai mengeja, lalu kau dengan sabar mengajari ku setiap kata. Kau malam
bagiku, kau anggap aku adalah siang bagi mu. Apakah kita saling melengkapi
tanya ku. Lalu kau hanya tersenyum simpul seolah – olah kau tahu jawaban itu
sudah ada dalam benak ku.
Wahai sahabat, dengarlah do’a
sederhana ku untuk mu. Kata ku yang mungkin berarti untuk mu, untuk sekedar
menemani mu ketika kau terjaga dan memeluk mu ketika kau terlelap. Dengarlah
wahai sobat, dengarlah cerita kita kembali. Dahulu kau begitu ceria terhadap
ku, menganggap setiap gerik ku adalah gelitik bagi mu. Kau tertawa,
menggetarkan bibir mu. Menyihir ku untuk terjun ke dalam senyum itu. Aku tak
tahu bagaimana kau melakukannya sahabat.
Sahabat, aku tahu tak ada satu
hal pun di dunia ini yang sempurna. Tidak apa yang ada pada ku dan pada mu
pula. Sahabat, pernah ada malam penuh bintang dan malam tanpa bintang dalam
diri kita. Tidak ada yang sempurna dalam hidup kita, lalu kita saling
melengkapi dan merapatkan jemari kita. Sahabat masih ingatkah engkau saat ku
peluk engkau, ketika itu kau ketakutan berlari dan menangis. Ku sediakan
bahuku, kau bersandar lalu air mata kita meleleh.
Sahabat aku rindu akan dirimu,
kau yang selama ini begitu menjadi yang terbaik. Aku adalah bunga, ibarat kau
adalah benang sari lalu putik lalu tangkai bunga, lalu kita akan berbaring
bersama untuk selama - lamanya.
Sahabat, maafkan aku. Jika aku
masih seperti dulu, saat terakhir kau meninggalkan aku. Disini kesetiaan yang
pernah kita ucapkan benar – benar dalam titik kerapuhan. Jangan kau tiup,
ketika ku mulai menyusunnya. Bantulah aku untuk mendirikannya kembali. Kau mau
kemana lagi, tidakkah kau rindu dengan sahabat mu ini. Tidakah kau mau tertawa
bersama ku lagi. Tidakkah lagi ukiran – ukiran kecil itu menghibur mu sepulang
dari kepergiaan mu.
Sahabat, kenanglah aku sebagai
masa lalu mu jika kau tak lagi menganggap semua berarti bagi mu. Aku tak berhak
mencegah mu, aku tak berhak untuk membatasi mu. Bahkan aku tak berhak untuk
mengikat mu dalam persahabatan kita.
Sahabat, aku hanya ingin kau
menyimpannya. Sisihkanlah sebagian dari hati mu untuk mengingat masa – masa bersama
ku. lalu kau boleh meninggalkan ku, ketika kau teringat untuk kembali,
berbaliklah masih ada tangan ku yang akan senang memeluk mu kembali, sebelum
semua tak sanggup lagi ku berikan kepada mu sahabat.