Sabtu, 09 November 2013

Karena Luka Aku Tersenyum


Sepahit apapun hal yang kita rasakan, sedalam apapun rasa sakit itu menggores dalam dada kita dan seberapa besarpun luka yang diakibatkan karenanya. Ingatlah, hati itu adalah tempat bertemunya seorang hamba dengan Tuhannya. Apakah tuhan tidak tahu hati mu sedang terluka? Tentu Tuhan tahu, ataukah Tuhan tidak menghiraukan do’a – do’a kita? Hmm.. bukankah sifat mulia Tuhan adalah Maha Mendengar. 

Tentu Tuhan lebih mengetahui apa yang kita rasakan bahkan sebelum kita mengungkapkannya. Dan pula, Tuhan tidak akan membiarkan kita sendiri dalam ketidak pastian selama kita kita tidak membiarkan Tuhan menunggu kita terlalu lama mengingatNya. Tuhan senantiasa bersabar atas apa yang kita lakukan dan dengan setia menunggu mu untuk kembali kejalan yang diridhoi-Nya.

Kita pernah terluka, air mata mengalir, fikiran tak menentu dan setiap hal yang akan kita lakukan adalah salah besar dimata orang lain. Memang tak ada salahnya menangis, sebab setiap indra dalam tubuh kita saling berhubungan, ketika dibagian tubuh ada yang sakit maka bagian yang lain akan merasakannya. Kadangkala begitulah “cara” mata menampilkan apa yang dirasakan hati. Namun tidak semua hati akan dengan mudah mengumbar apa yang dirasakannya. Ibarat seorang pemimpin yang bijak dia tak akan pernah mengutarakan keluhannya kepada rakyatnya, karena ia tahu hal itu tidak akan membuat manfaat dan akan membuat rakyatnya kecewa. Sebaliknya, seorang pemimpin yang bijak itu dapat memberikan segenap perhatiannya untuk rakyatnya mengabarkan tentang kebahagiaan dan memberikan contoh bagaimana bermasyarakat dengan baik dan menjadi sebuah negeri yang penuh dengan cahaya keberkahan.

Karena hati yang baik itu dapat memberikan jawaban dari pertanyaan – pertanyaan kita. Sebab disanalah tempat Tuhan bersemayam. Maka larutkanlah hati kita kepada Tuhan, sebab kepada Tuhanlah setiap hal mengalir. Ingatlah kawan, hati bukanlah tempat menyimpan yang baik, ada kalanya hati merasakan hal yang membuatnya terbebani, maka salah satu langkah mengurangi beban itu adalah dengan mengalirkannya dan tempat mengalirkan yang terbaik adalah kepada Tuhan.

Tak mudah memang menghilangkan rasa sakit yang pernah kita alami. Rasa sakit mengajarkan kita tentang kehilangan, perpisahan atau yang lainya. Namun dibalik itu semua, rasa sakit itu akan memberikan kita pelajaran yang lebih berharga dari pada kesedihan yang diakibatkannya. Jika kita bijak menerima rasa sakit itu, bukan tak mungkin hal itu akan meluaskan ruang dalam dada kita, ketika kita dihadapkan pada situasi yang sama, maka kita tak harus kembali kemasa lalu dengan menjadikan itu sebagai penyebab kesedihan kita. Tidak ada satu hal pun yang terjadi didunia ini tanpa membawa manfaat, begitu juga rasa sakit, hadirnya dapat membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat, berfikiran dewasa dan lebih mengutamakan akal sehat dalam  mengambil setiap keputusan.


Pahamilah bagaimana kita seharusnya menggunakan “sakit” itu sebagai batu loncatan untuk kita bergerak lebih cepat. Lupakan luka yang diakibatkannya dengan mengikhlaskan setiap hal yang membuat kita bersedih, maka hal itu akan lebih mempercepat kita dalam proses penyembuhan. Rasa sakit itu kita yang membuatnya, dan hanya kita yang mengetahui bagaimana menyembuhkannya. Memang setiap hal pada akhirnya menuntut kita untuk berfikir, bersikap dan bertindak lebih dewasa. Maka bersyukurlah dengan cara bersabar dan tidak menjadikan “sakit” itu sebagai alasan untuk menghujat. 

Ikhlaskanlah biarkanlah luka itu sembuh, jangan terlalu lama menyimpannya segeralah alirkan kepada Tuhan jika kita tak mampu lagi. Sebab hati bukanlah tempat menyimpan yang baik, sungguh luas ruang yang ada didalam hati kita, maka jangan kita persempit dengan perasaan – perasaan yang tidak baik. Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu juga ada kemudahan, setiap hal didunia ini diciptakan saling berpasang – pasangan. Maka lekas berbahagialah, segera lepaskan beban yang membelenggu kita, ikhlaskanlah biarkan semua itu terlepas dari dalam hidup kita.

Cari sesuatu?

Teman

 
 
Copyright © 2013 goldenbooks - All Rights Reserved
Golden Books - Powered By Blogger